Mungkin hujan takkan megah bila pori-pori tanah demikian besarnya, hingga tetesan-tetesan kristal itu lewat begitu saja, tersaring dan tersimpan di lapisan tanah, hingga akhirnya bermuara di satu titik. Mungkin hujan takkan indah bila tak membentur apapun juga, lupakan saja tetesan yang mungkin membasahi kulit, sampai rasa menggelitik muncul juga di hati, pun mata yang terkadang terasa perih saat menatap langit yang kelabu. Mungkin, mungkin dan mungkin.
Yang kutahu aku suka saat hujan dan angin bersatu merajukku. Seakan menggoda hasratku yang terdalam mengenai dirimu. Padahal sungguh bukan aku yang butuh dirajuk. Melainkan sesuatu yang jauh jauh lebih akmal. Dia yang bergulir sedemikian cepat, tak terhentikan dan tak tergantikan. Hanya dia yang ajarkanku ttg mayapada ini. Bahwa dunia tak terbuat dari mimpi dan tak berakhir karena rasa.
Selamat pagi, mimpi..
No comments:
Post a Comment